7 Tipe Gamer DOTA 2 Paling Menyebalkan
1. Last Hero Pick
Terlepas dari fakta bahwa ia seringkali menggabungkan gamer yang
asing satu sama lain di dalam satu match yang sama, DOTA 2 (atau mungkin
game MOBA) sebenarnya memiliki satu norma “tidak tertulis”, dimana Anda
harus cukup beradaptasi dengan hero gamer lainnya untuk memastikan
kombinasi yang tepat atau sekedar mengisi peran yang masih belum cukup.
Kekesalan ekstra seringkali dihasilkan dari game-gamer yang seolah tidak
mengerti konsep yang satu ini, apalagi ketika mereka menjadi picker
untuk hero terakhir dalam tim. Sebagai contoh? Mereka tetap bersikukuh
untuk menggunakan hero bertipe Carry ketika empat hero lainnya sudah
diposisikan sebagai Carry dan lebih membutuhkan support. Atau tidak?
Ketika ia masih menggunakan hero melee ketika empat lainnya melee. Lebih
buruknya? Sang last picker ini memilih Random. What the..
2. Voice Chat Abuser
Dukungan voice chat untuk membantu gamer mengkoordinasikan gerakan dan serangan tentu saja menjadi tambahan fitur yang luar biasa di DOTA 2. Namun alih-alih menjalankan fungsi ini dengan semestinya, ada banyak gamer yang justru membuatnya tidak berbeda dengan layanan VoIP. Lebih buruknya? Ketika mereka mulai bertukar bahasa asing yang tidak dapat Anda mengerti, dalam volume yang keras, dan tidak memiliki signifikansi apapun dalam pertempuran yang Anda jalani. Mengkombinasikannya dengan kata-kata makian? Mimpi buruk tersendiri.
3. Solo Player
Berbagi tugas, uang, dan experience memang menjadi salah satu kendala
di DOTA 2. Gamer yang sudah mengetahui perannya dengan sangat baik akan
menjalankan tugas utama dalam tim dengan baik pula. Namun tidak jarang,
banyak gamer DOTA 2 yang seringkali lupa bahwa sebuah game MOBA adalah
game yang memang didesain untuk menjadikan pertempuran tim sebagai hal
yang paling esensial. Pertempuran 5 lawan 5, lewat serangkaian kombinasi
skill dan serangan akan menentukan siapa yang berada di atas angin dan
yang berpotensi kalah. Namun sayangnya, Anda akan bertemu dengan banyak
gamer yang memainkan DOTA 2 seperti sebuah game single-player di konsol.
Bermain di line sendiri, mengejar experience dan gold sendiri, tidak
pernah sekalipun bergabung dalam pertempuran tim ketika bertahan atau
menyerang, dan justru terbunuh ketika berusaha melawan tim musuh
beranggotakan 5 orang sendirian benar-benar mengesalkan.
4. Mid or Feed
Ini mungkin salah satu slogan paling “menyeramkan” yang sering
dilontarkan oleh gamer yang seolah tidak bisa bermain di line lain
selain mid line, yang memang identik dengan hero-hero yang memang
diantisipasi untuk membantu line lain ketika sudah mencapai level
tertentu. “Mid or feed” seolah tidak memberikan Anda alternatif apapun
selain menyetujui hal tersebut. Permasalahan muncul ketika skill sang
gamer ternyata tidak seoptimal yang dibayangkan ketika berada di mid
lane, dan justru berpotensi membuat hero mid lawan jauh lebih kaya dan
agresif. Mid or feed seolah menjadi ungkapan bagi para gamer DOTA 2
dengan skill pas-pasan yang memang tidak bisa beradaptasi dengan beragam
skenario yang ada. Menyedihkan.
5. Gila Memimpin
Dunia ini seperti ini tidak pernah kehabisan orang-orang lunatic
yang gila memegang kontrol untuk sebuah mekanik permainan yang
sebenarnya sulit diprediksi. Tidak jarang Anda tiba-tiba akan bertemu
dengan teman satu tim yang tiba-tiba memosisikan dirinya sendiri sebagai
pemimpin. Tidak hanya sekedar meminta anggota tim lain untuk bergerak
sesuai perintahnya, ia juga bahkan meminta masing-masing gamer untuk
membangun kombinasi item tertentu yang menurutnya paling efektif.
Bukankah kehadiran gamer seperti ini baik? Jika ia memang cakap
memimpin, ini akan menjadi ekstra point. Namun sebagian besar gamer
dengan tipe ini justru terlihat sebaliknya. Marah ketika tidak dituruti,
ngambek tanpa alasan, dan tidak ingin memikul tanggung jawab ketika
item yang ia sarankan ternyata tidak berperan besar dalam pertempuran.
Apalagi jika skill pribadinya sendiri tidak pantas untuk disebut sebagai
seorang pemimpin.
6. AFK Tanpa Alassan
Tidak ada handicap yang jauh lebih besar bagi satu tim DOTA 2 selain
menemukan bahwa mereka harus bertempur dalam sebuah tim yang tidak
lengkap. Disconnect dengan sistem pause memang menjadi pemandangan yang
umum dan seringkali ditanggapi dengan fair oleh dua buah tim yang
bertikai. Namun kasus AFK hampir tidak memiliki solusi yang pasti. Tidak
jarang Anda akan bertemu dengan anggota tim yang secara tiba-tibat
tidak aktif dan hanya terdiam di fountain tanpa melakukan hal apapun.
Tidak menginformasikan apapun kepada tim, mereka yang AFK begitu saja
benar-benar menjadi benalu mengesalkan. Aksi seperti ini tidak hanya
merusak permainan anggota tim yang sama, tetapi juga tim lawan yang
mengharapkan perlawanan yang menegangkan. Lame..
7. 10 Menit = GGWP!
Dan penghargaan untuk tipe gamer DOTA 2 paling menyebalkan jatuh
kepada…..semua gamer DOTA 2 yang sama sekali tidak memiliki mental
berjuang. Untuk Anda yang belum familiar, GGWP adalah singkatan dari
“Good Game, Well Played” yang seringkali diucapkan untuk memberi selamat
bagi tim lawan, sekaligus menjadi ritual yang menandakan berakhirnya
pertandingan. Sebuah game DOTA 2 bisa berjalan selama 40-60 menit dimana
klimaks pertempuran terjadi, dimana alur pertandingan bisa saja berubah
dinamis selama periode waktu ini, apalagi jika carry dari kedua tim
berhasil mengumpulkan item-item yang memang mumpuni. Namun Anda akan
sangat sering bertemu dengan gamer yang sudah menyerah dan angkat tangan
sembari meneriakkan “GGWP” di menit-menit awal permainan. Alasannya?
Hanya karena tim Anda kalah tiga atau empat point dari jumlah kill
musuh. Teriakan seperti ini menjadi salah satu pengendor semangat paling
efektif. Alasan Anda bertarung habis-habisan seolah nihil ketika
anggota tim Anda sendiri sudah mengangkat bendera putih bahkan sebelum
klimaks. Parahnya lagi? Mereka tidak segan-segan AFK hanya karena
ketertinggalan kecil ini. What a douchebag..
Walaupun tidak dapat digeneralisasi untuk game-game MOBA lainnya,
namun misi utama DOTA 2 untuk menciptakan sebuah atmosfer permainan yang
sehat dan bersahabat untuk para pendatang baru masih sangat jauh dari
kata efektif dan sempurna. Tidak hanya dari Valve, kedewasaan para gamer
yang menaungi komunitas terbesar di Steam ini juga pantas untuk
dipertanyakan. Tidak sedikit aksi mereka yang justru mencederai semangat
DOTA 2 sebagai game yang memang menitikberatkan pada pertempuran tim
dan kerjasama. Ada begitu banyak momen yang akan membuat mulut Anda
sulit untuk tidak mengumpat, hingga butuh waktu tersendiri untuk
menenangkan diri. Artikel ini juga bisa dilihat sebagai curahan hati
kami yang sudah menghabiskan ribuan jam di game yang satu ini.
Bagaimana dengan Anda sendiri, gamer yang seringkali menghabiskan
waktu di DOTA 2? Tipe gamer DOTA 2 seperti apa yang mengesalkan untuk
Anda sendiri? Feel free to comment and expand the list!
7 Tipe Gamer DOTA 2 Paling Menyebalkan
Reviewed by Unknown
on
2:54 AM
Rating:
No comments: